PERMASALAHAN PSIKOLOGI ANAK DALAM MENGIKUTI MATA
PELAJARAN PENJAS
Dosen : Habibi
Hadi Wijaya, S.Or., M.Pd
Disusun Oleh Kelompok Guru Penjas
|
Endang
Wahyudin
Suryana
Ahmad
Sugiri
Muhlis
H
Arief
Hidayat
Angga
Restu P
Angga
H.B
|
Dian
Budianti
Rio
Hamzah
Gilang
K
Kartini
Juliansih
Aris
|
Klas
6 F PJKR, FKIP, UNSIKA
A.
PERMASALAHAN :
“KENAPA ANAK TIDAK MAU MELAKUKAN PRAKTEK KETIKA PRAKTEK
PERTAMA SUDAH GAGAL” ?
B. PEMBAHASAN
1.
Latarbelakang
Telah dilakukan
kajian mengenai psikologi olahraga dan peranan olahraga bagi perkembangan fisik
dan psikis anak-anak. Kajian bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
psikologi olahraga dan manfaat berolahraga bagi anak-anak.
Psikologi
olahraga adalah ilmu yang mempelajari mengenai proses mental dan kejiwaan
seseorang berkaitan dengan aktifitas olahraga yang dijalaninya. Psikologi
olahraga di Indonesia masih luas cakupannya dan perlu untuk dikembangkan lebih
lanjut. Olahraga bagi anak memiliki dampak positif baik perkembangan fisik
maupun psikis. Anak yang teratur berolahraga akan berkembang dengan baik sesuai
dengan umur serta akan tumbuh menjadi pribadi yang bermental kuat. Ada beberapa
tahapan latihan fisik yang bisa diterapkan untuk anak-anak sesuai dengan
tahapan umurnya.
Psikologi
olahraga ternyata memiliki peran penting untuk menjaga keseimbangan antara
kesehatan jasmani dan rohani seseorang. Dan berolahraga ternyata terbukti
memberikan dampak positif yang mendukung perkembangan fisik serta psikis
anak-anak.[1]
Dalam psikologi
olahraga, kadang kita menemukan permasalahan-permasalahan tentang psikologi anak terhadap aktivitas olahraga dalam pendidikan jasmani
(PENJAS). Maka dari itu kita angkat poko
permasalahan psikologi olahraga terhadap anak denganb judul “Kenapa Anak Tidak
Mau Melakukan Praktek Ketika Praktek Pertama Sudah Gagal”. Dengan demikian kita harus pahami tentang
sikologi terhadap anak khususnya siswa-siswi disekolah.
2.
Pendapat Siswa-siwi dan Para Pakar Psikologi
Berikut ini pendapat dari sebagian
siswa-siswi dari berbagai tingkatan pendidikan :
“Aku takut mengulanginya lagi ketika
praktek pertama gagal karena kalo sudah pertama gagal kesananya pasti akan
gagal terus, karena aku suka gapercaya diri” menurut Arsih S siswi klas VI SD
Sartika. (22/03/2014)
“Kalo saya kadang-kadang suka susah
untuk melakukan-melakukan praktek apabila sudah gagal karna konsentrasinya suka
terganggu” menurut Wawan siswa klas VIII A SMPN 2 Tirtamulya. (25/03/2014)
“Karna malu, jadi sulit melakukan
praktek kembali” menurut Nina Karlina siswi klas VII A Mts. An-nashir.
(24/03/2014)
“Karna takut, karena takut gagal
lagi soalnya kan kalau gagal kan pasti malu” menurut Nurul Hotimah siswi klas
VII B Mts. An-nashir. (24/03/2014)
“Karna udah nyerah, apalagi kalau
udah kehabisan tenaga, pasti nya kan kecapean untuk praktek nya lagi” menurut
Amelia Pramesti Eka Putri siswi SMK An-nashir klas XI AP. (25/03/2014)
“Sering kali berpikiran negatif
kalau praktek pertama sudah gagal pasti praktek berikut nya pun akan gagal
lagi” menurut Neng Sri Maryani siswi klas IX B Mts. An-nashir. (26/03/2014)
“Karna trauma dengan kegagalan
praktek yang pertama dilakukan, jadi sulit untuk mengulangi praktek yang
berikut nya” menurut Nurintan Juliani siswi klas IX B Mts. An-nashir.(26/03/2014)
Begitupula diperkuat
oleh pendafat para ahli tentang psikologi anak dalam berolahraga di sekolah dan atlet. seperti yang disampaikan oleh Drever (1971: 188)
mental adalah keseluruhan struktur dan keseluruhan proses-proses dari
unsur-unsur kejiwaan yang terorganisasi, maka pemahaman manusia sebagai
kesatuan psiko-fisik yang organis merupakan prinsip-prinsip dasar yang tidak
boleh diabaikan. Menurut Scanlan
(1984) dalam tulisannya yang berjudul: "Competitive Stress and the Child
Athlete" yang dimuat dalam buku "Psychological Foundations of
Sport" mengemukakan bahwa "competitive stress" atau stress yang
timbul dalam pertandingan merupakan reaksi emosional yang negatif pada anak
apabila rasa harga-dirinya merasa terancam.[2]
Jadi permasalahan
anak tidak mau melakukan praktek ketika preaktek pertama sudah gagal adalah dari
mental, rasa percaya diri, dan trauma, tentang praktek yang dilakukan, sehingga
enggan atau tida mau mengulangi praktek yang kedua kalinya.
C. SOLUSI
Oleh karna itu perlu ada solusi untuk memotivasi anak agar mau melakukan
praktek dalam mata pelajaran Penjas di Sekolahnya. Menginat disini sangat penting bagi Guru
penjas untuk memotivasi anak didiknya agar mampu melakukan praktik-peraktik
yang telah diberikan dengan rasa percaya diri, berani, bertanggung jawab, rasa
ingin tau, dan kerja sama.
Solusinya yaitu :
a.
Menjelaskan betapa pentingnya olahraga dalm
pendidikan jasmani,
b.
Memberikan motivasi-motivasi tentang
olahraga agar peserta didik mau berolahraga,
c.
Memaksa peserta didik untuk melakukan
prktek, dengan catatan olahraga yang tida membahayakan peserta didik itu
sendiri
d.
Melakukan pendekatan bing-bingan konseling
(BK) tentang Pendidikan Jasmani.
Dengan
demikian solusi di atas dapat membuat peserta didik termotivasi untuk melakukan
praktek penjas yang diharapkan oleh semua guru penjas.
D. KESIMPULAN
Dalam
psikologi olahraga, kadang kita menemukan permasalahan-permasalahan tentang psikologi
anak terhadap aktivitas olahraga dalam pendidikan jasmani (PENJAS). Maka dari itu kita angkat poko permasalahan psikologi
olahraga terhadap anak denganb judul “Kenapa Anak Tidak Mau Melakukan Praktek
Ketika Praktek Pertama Sudah Gagal”.
Dengan demikian kita harus pahami tentang sikologi terhadap anak
khususnya siswa-siswi disekolah.
Begitupula
yang disampaikan oleh para siswa-siswi, tentang permasalahan yang dihadapi oleh
siswa-siswi dan diperjelas oleh pakar psikologi Drever (1971: 188) mental
adalah keseluruhan struktur dan keseluruhan proses-proses dari unsur-unsur
kejiwaan yang terorganisasi, maka pemahaman manusia sebagai kesatuan
psiko-fisik yang organis merupakan prinsip-prinsip dasar yang tidak boleh
diabaikan. Jadi permasalahan anak tidak
mau melakukan praktek ketika preaktek pertama sudah gagal adalah dari mental,
rasa percaya diri, dan trauma, tentang praktek yang dilakukan, sehingga enggan
atau tida mau mengulangi praktek yang kedua kalinya.
Oleh
karna itu perlu ada solusi untuk memotivasi anak agar mau melakukan praktek
dalam mata pelajaran Penjas di Sekolahnya.
Menginat disini sangat penting bagi Guru penjas untuk memotivasi anak
didiknya agar mampu melakukan praktik-peraktik yang telah diberikan dengan rasa
percaya diri, berani, bertanggung jawab, rasa ingin tau, dan kerja sama.
E. DAFTAR PUSTAKA
[1]
http//arispriyanto-sma1jogja.blogspot.com//2013/10/10/psikologi-olahraga-bagi-perkembangan-psik-dan-fisikis-anak-anak.html
[2]
http//berachunk-amrank.blogspot.com//2012/10/03/psikologi-kepribadian-sikap-dan-mental-atlet.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar